Puskesmas
Bisakah menjadi pilihan pertama untauk berobat?
Sejak dilahirkan tahun 1968, dalam
perkembangannya Puskesmas banyak sekali mengalami perubahan baik fisik maupun program
serta layanannya. Bahkan ada beberapa puskesmas yang berubah menjadi rumah
sakit meski hanya yang tipe kecil. Meski demikian sampai saat ini
Puskesmas belum menjadi pilihan utama bagi warganya untuk menyelesaikan masalah
kesehatannya. Puskesmas masih dipandang sebelah mata, masih dianggap sebagai
tempat pelayanan kesehatan kelas tiga, bahkan masih kalah dengan klinik klinik
swasta yang kecil yang notabene sangat mahal untuk ukuran
masayarakat kita.
Semua itu
tak lepas dari sejarah kelam Puskesmas dimasa lalu. Dahulu puskesmas dikelola
dengan sangat tidak professional, jauh dari kaidah kaidah pelayanan prima.
Paradikma para aparatur pemerintah yang minta
“Dilayani” bukan “Melayani” masih kental di zaman itu sehingga manajemen
Puskesmas pun menerapkan paradikma “Dilayani” itu di masyarakat.
Tak terkecuali Puskesmas yang ada di
banyuwangi. Pada era tahun 80”an, wajah Puskesmas di banyuwangi tampak sebagai sebuah
tempat pelayanan kesehatan yang sangat sederhana, dengan pelayanan yang sangat
sederhana pula, jauh dari sentuhan pelayanan prima. Sumberdaya manusia
Puskesmas dikala itu umumnya sangat minim sekali hanya
terdiri dari satu dokter sebagai manajerial dibantu dua atau tiga perawat,
bidan dan tenaga administrasi. Bahkan terkadang satu dokter merangkap dua atau
tiga puskesmas karena terbatasnya tenaga. Dokter berfungsi atau memfungsikan diri sebagai tenaga manajerial dan
nyaris tidak pernah bersentuhan langsung dengan pasien. Pasien ditangani oleh
seorang perawat yang hanya lulusan SPK ( setingkat SLTA) yang tentu saja kurang
berkompeten dibidangnya. Pasien yang berobat didominasi oleh pasien yang sakit
flu, pilek, cekot cekot, linu linu dan gatal gatal dan pasien yang datangpun didominasi oleh orang orang yang sudah
tua, jarang sekali dan bahkan nyaris tidak terlihat pasien usia muda. Mungkin
ada rasa gengsi untuk berobat ke puskesmas bagi kalangan muda dikala itu. Pada
bagian loket biasanya petugas tampak kurang bersahabat, sering menggerutu bahkan sampai marah marah. Marah marah hanya karena hal hal kecil, marah hanya karena pasien tidak membawa kartu kunjungan, bahkan tidak jarang mereka menyuruh
pulang pasien tersebut guna mengambil kartu kunjungannya. Stok obat juga sangat
terbatas baik jumnlah maupun jenisnya, maka setelah pulang biasanya pasien menggerutu “Sakit encok,sakit
panas,sakit kena pisau kok obatnya sama aja, kapsul merah, pil putih besar ama
pil kuning kecil“ hehehe. Ibarat gadis, puskesmas di era ini adalah, dia gadis
jelek yang jarang mandi, tidak pakai lipstik, tidak pakai bedak, rambutpun
jarang disisir. Pada era ini puskesmas masih jauh dari harapan masyarakat dan sekali
lagi tentu saja jauh pula dari pelayanan
yang menggunakan kaidah kaidah pelayanan prima.
Pada era memasuki
tahun 2000an puskesmas mulai tampak berubah, sudah tampak adanya perubahan
paradigma. Pelanyanan yang tadinya hanya sekenanya sudah tampak tanda
tanda adanya perbaikan, Sudah ada senyum di puskesmas. Obat yang tadinya cuman
ada Tetraciklin, Parasetamol, Antalgin dan CTM pada era ini sudah banyak
pilihan yang lain untuk mengobati pasien meski kadang pasokan obat masih sering
terbatas dan tersendat. Gedung gedungnya juga mulai tampak cerah, tidak lagi
kusam, halaman depan juga sudah ditata dengan baik, ibarat gadis dia sudah
sering mandi, sudah pakai gincu, bedak
dan rambut disisir dengan rapi. Tetapi sayang... pelayanan yang langsung bersentuhan
dengan pasien belum banyak berubah, belum menjalankan kaidah kaidah pelayanan
prima. Senyum memang sudah ada di puskesmas tapi belum senyum yang ikhlas,
belum senyum yang manis, meski bukan senyum yang kecut. Pemeriksaan dan
pengobatan pasien belum dilakukan oleh dokter, dokter masih disibukkan oleh
tugas tugas menajerial. Pasien masih harus menelan kekecewaan bila ingin
diperiksa dokter di puskesmas.
Era tahun 2010an Puskesmas memasuki
era baru lagi, ibarat gadis dia sudah cantik, sudah mandi minimal dua kali sehari, sudah memakai
lipstik, bedak, rambut disisir dengan rapi, dan sudah mencoba memakai parfum
meski kadang parfumnya masih parfum yang murahan. Pada era sekarang ini banyak
puskesmas yang sudah melakukan inovasi, gedungnya sudah dirawat dengan baik,
taman sudah juga ditata dengan bagus, bahkan untuk peyanan publik sudah ada beberapa yang sudah berstandar ISO , senyumnya sudah ikhlas dan
lumayan manis. dan yang tidak kalah penting pasien sudah dilayani langsung oleh
dokter, masyarakat tidak lagi menelan kekecewaan bila ingin diperiksa dokter di
puskesmas, meski belum semua puskesmas menerapkan ini, pasien yang datang
berobatpun sekarang sudah tidak didominasi lagi oleh kaum tua, yang muda dan
wangipun sekarang sudah mau memanfaatkan puskesmas untuk berobat. Penyakit
pasien yang datangpun sudah tidak didominasi oleh pegal2, linu2, batuk pilek
tetapi sudah banyak sekali ragamnya. Tetapi masih ada sayangnya.... belum semua
puskesmas menerapkan kaidah kaidah pelayanan prima pada
pasiennya, juga masih ada puskesmas yang
tidak menempatkan dokter untuk melayani pasien sebagaimana tugas pokok dan fungsinya. Masih ada pasien yang
tetap menelan kekecewaan bila ingin diperiksa dokter saat berobat di puskesmas
Lalu era tahun berapakah Puskesmas
bisa benar benar menjadi tempat pelayanan yang ideal, yang mampu melayani
pasien dengan menggunakan kaidah kaidah pelayanan prima? Pasien bisa berobat dengan mudahnya, punya sistem antrian yang baik
sehingga tidak bisa saling serobot, diperiksa oleh tenaga yang berkompeten
dibidangnya, obat tersedia dan lengkap, selalu menjumpai petugas yang tersenyum
dengan ramahnya, pasien tidak lagi di pingpong apalagi disuruh datang besoknya lagi hanya
sekedar untuk minta rujukan karena dokter tidak ada. Puskesmas sudah harus menjadi pilhan pertama bagi warganya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan dasar, bukan pilhan terpaksa bagi mereka yang tidak punya
uang. Yang ibarat gadis, dia sudah cantik, tampil modis, harum, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak gaptek, kenal
facebook, kenal twiter dan yang tidak kalah pentingnya dia berwawasan luas,
punya visi yang luar biasa. Bisakah??? Mudah mudahan bisa!!. Mudah
mudahan setelah melewati bulan Ramadhan dan kembali suci, semua yang yang
terlibat dalam pelayanan masyarakat di puskesmas sudah membenahi diri, mereka
yang selama ini kurang ramah pelayanannya mudah mudahan tidak ingin berdosa
lagi, mereka yang selama ini setengah hati atau bahkan tidak mau memeriksa
pasien sesuai tupoksinya mudah mudahan juga tidak ingin berdosa lagi. Sehingga
Puskesmas benar benar menjadi pilihan pertama masyarakat untuk berobat, bukan
pilhan pertama karena terpaksa. Amiiin.